"We live in an unpredictable world.
And inside of every human's hearts, the 'unpredictable' becomes 'indescribable'.
Whatever it is, but in fact they make changes, and that's what life is about."
And inside of every human's hearts, the 'unpredictable' becomes 'indescribable'.
Whatever it is, but in fact they make changes, and that's what life is about."
Dari sekian banyak hal yang berputar dan merajalela di dunia, kenapa hanya satu?
Dari TK, aku sudah dilatih untuk melenggak-lenggok anggun.
Bukan model, tentunya.
Balet. Dengan kostum serba pink dan rambut yang mau tak mau selalu dikonde.
Dari TK, teman-teman.
Bayangkan saja.
Tapi kenapa lantas berakhir begitu saja?
Sejak kelas 1 hingga 5 SD, aku dengan setianya berlatih tarik suara dalam kegiatan ekstrakulikuler.
Lima tahun berturut-turut, dengan teman dan guru yang beragam, namun konteks yang menyelimutinya hanya satu: paduan suara.
Tunggu dulu.
Setelah lima tahun bergelut di hal yang sama, kenapa rasa ini terasa belum menyatu?
Tak hanya itu saja.
Menari di atas tuts hitam-putih pun kulalui.
Sejak umur 5 tahun hingga detik ini, mencoba membagikan nada-nada pada dunia melalui sebuah alat dengan delapan oktaf, piano.
Setelah bergelut sedemikian lama, kenapa tak ada sepercik pun rasa yang membuncah?
Tapi, siapa sangka?
Tanpa pernah ikut kursus sekali pun, aku sudah jatuh hati padanya.
Hanya bermula dari melihat kakak yang siang-malam mengetik, rasa tertarik mulai muncul.
Dan ia pun tumbuh semakin besar, bukan hanya sekadar hobi, tapi rasa membuncah yang memacu untuk memngubahnya menjadi kenyataan.
Menulis. Siapa sangka?
Untaian kata demi kata yang dirangkai sedemikian rupa bisa membuatku berjalan se...dekat ini. Memang belum jauh.
Balet, paduan suara, piano.
Ketiganya sudah membuktikan bahwa apa yang dijalin sedemikian rupa dalam waktu yang lama belum tentu bisa menentukan segalanya.
Jika kau menyuruhku melenggok gemulai ala balerina sedikit saja, tak akan mampu aku dibuatnya.
Paduan suara? Bidang yang kukira menyenangkan ternyata belum cukup untuk memenangkan hati.
Dan piano, memang berguna. Sekadar doremi mungkin aku bisa, namun menjadi seorang pianis? Tidak.
Dan tanpa bisa ditebak, menulis, satu hal yang terlihat sepele itu sepertinya sudah merebuut hatiku seutuhnya.
Tanpa kursus, tanpa perintah, hanya berjalan senatural ini.
Siapa sangka?
Ya, dan itulah dunia.
Sesuatu yang tidak pernah di sangka-sangka menjadi sesuatu yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.
Seperti kataku di postingan-postingan sebelumnya, menulis adalah seni yang tidak bisa dideskripsikan.
Setiap manusia memang berbeda-beda, tapi setiap dari kita sama-sama hidup dalam planet ini, dunia yang tidak bisa diprediksi.
Apa yang direncanakan justru bisa memutarbalikkan tujuan.
Seperti balet, paduan suara, dan piano tadi yang bahkan mengajakku berputar kesana-kemari hingga akhirnya terdampar dalam dunia menulis dan mengajakku turut serta berpetualang di dalamnya.
Mungkin bukan menulis, tapi setiap dari kita sudah, maupun akan terdampar dalam pulau itu.
Pulau yang berbeda, namun sama-sama mengajakmu untuk masuk dan merasakannya.
Semuanya memang bergantung padamu, ingin masuk maupun tidak.
Tapi sekali kau masuk, semakin dalamlah kau akan merasakannya, dan membuatmu meniti langkah, kian dekat dengan apa yang disebut impian.
Dan dalam perjalanan menuju impian itu, akan selalu ada batu yang menghadang.
Entah itu kerikil atau bahkan tanggul lapindo, semuanya tak akan terhindarkan.
And I'm not perfect, anyway.
Writer's block, distraction, dan yang pasti, rasa waktu naskah dikembalikan.
Up and down memang pasti pernah, but the good news is, they teach me very well.
Dan begitu juga dengan setiap kita.
Mungkin jenis batunya memang berbeda-beda, tapi setiap orang punya porsinya masing-masing.
And definitely, they teach us very well too, and also train us to climb the stairs of our dream!
So, come on, everyone!
Reach our dreams, dalam bidang yang berbeda memang.
Di mana kau terdampar, di mana hatimu ditempatkan, di sanalah kita harus berjuang bersama.
Dengan dukungan semuanya, tentu saja.
Buatku, 'supporter-supporter' itulah yang bisa membantu aku untuk terus maju.
Untuk Jesus, yang sudah membuatku terdampar dalam pulau ini dan memberikanku orang-orang yang bagaimanapun caranya turut menyuntikkan kontribusi dalam menjadikan ini menjadi kenyataan, secepatnya, kuharap.
Untuk keluarga dan Jennifer, my beloved sister, terima kasih sudah merangsang rasa ini untuk menekuni dunia menulis, meski kamu nggak sadar kalau kamu sudah berperan sebegitu penting.
Untuk Angel, Clara, Fanie, Abbey, terima kasih sudah ada di sini untuk turut senang saat rangkaian kata demi kata meluncur dan dituang dalam lembaran halaman microsoft word, dan turut mengomeliku saat ak menyerah begitu saja dengan writer's block.
Untuk penulis-penulis luar biasa di negeri ini, yang berperawakan bagaimanapun adanya, namun sudah menginspirasi sekaligus memacuku supaya bisa seperti mereka.
Untuk penerbit-penerbit yang punya akun Twitter/Facebook, yang rela menjawab pertanyaan-pertanyaan bodohku. :P
Dan, untuk semuanya! Termasuk yang terjadi di staff room kemarin. -__-
Yeah, aku dan kamu mungkin bukan siapa-siapa sekarang.
Tapi, mengingat sebagaimana unpredictablenya kita bisa terdampar di pulau ini, bukankah itu artinya juga nggak ada yang too good to be true di dunia ini? :)
Let's do it!
"Climb the stairs of your dream."
-Abbey, my numer 1 fan.
-Abbey, my numer 1 fan.
0 komentar:
Posting Komentar