Kamis, 28 Oktober 2010

SCS: The Memorable Failed Trip






Gunung Merapi memang sedang berjaya.
Namanya dikumandangkan di mana-mana.
Masuk TV dan koran, terkenal mendadak mengalahkan Jojo-Sinta.

Hanya saja, siapa yang menyangka ketenarannya sampai menghambat langkah kami?



Siapa yang menyangka bisa sampai sejauh ini?
Tidak ada.
Aku pun tidak.

Saat itu barangkali terjadi bencana alam kecil di Surabaya, mengingat betapa gemparnya kalangan MDC saat itu.
Dari Twitter sampai BBM, hingga berlanjut ke sekolah keesokan harinya.

Dan rahasia kecil kami, sementara mereka semua gempar, kami berempat puluh satu malah asyik ngobrol, bahkan bernyanyi di bus.
Haha.
Tapi mungkin, kalian nggak akan pernah tahu apa isi hati sebenarnya di balik lagi-lagu yang sedikit-banyak hancur itu.

Tentu saja sepercik flashback ini nggak akan bisa menggambarkan semuanya, atau bahkan barangkali akan menambah rasa rindu kami semua.
But, let's see, maybe it is a good way for us to realize how memorable that moment will be.


***

Monday, 25.10.10.

Bangun jam empat karena SMS dari temen-temen semua, lalu melaju ke rumahnya Kim A dulu.
Dari sana, berangkat sama Abbey dan Angel, sampai di stasiun sekitar 6.15.

And, ddzzzoooooommm!
Kita berempat langsung disambut sama pasukan iklan vitamin C berjalan.
Yeah, baju SCSnya kita emang mencolok sekali, barangkali orang-orang udah mikir kalau kita dibayar Vitacimin untuk pakai kostum itu. :D
Ohya!
Dan jangan lupa juga, pagi itu aku terpesona setelah melihat Ma'am Fao. :)

Kay, then we were gone by Sancaka Train.
6 hours, and we didn't sleep at all!
Haha.

Kalian mungkin nggak bisa bayangin betapa noraknya kami semua.
Kami bahkan sempat memutar kursi kereta menghadap jendela, berlagak seolah-olah menonton film "Persawahan Keren 3D".
Dan kalian juga nggak akan tahu... Betapa aku akan teringat masa-masa itu saking norak dan kerennya kita.

Setelah sampai di Jogja, kita makan di Lombok Idjo, dan di sana ada artis entah siapa namanya yang lagi syuting untuk acara Bango yang juga enah apa namanya. :p

Oke, dan setelah itu kuta bertolak ke Penting Sari, desa tempat kita tinggal.


Evan Budi looks so happy, see? Just like us. :)

Di sana langsung disambut tari-tarian, sementara kita semua ngasih senyum termanis.
Hahaha.
Kemudian, kita diajak tour singkat sebelum ketemu tuan rumah tempat kita live in dan beres-beresin kamar.

Aku serumah sama Fanie dan Jacqueline, dan kami bertiga nggak menyangka betapa ramahnya Pak Ponidin - tuan rumah kami - beserta keluarganya.
Dan merekalah salah satu alasan kenapa kami bertiga merindukan Jogja mati-matian.

Dan begitulah, hari pertama berakhir dengan cepat.
Keadaan di sana memang jauh berbda dengan keadaan di Surabaya, but we're quite happy.
Dan di tengah kebahagiaan itu, kita sama sekali nggak punya perasaan apa-apa mengenai apa yang akan terjadi keesokan harinya.

Tuesday, 26.10.10.

Bangun jam lima, terus renungan di rumahnya Ma'am Fao. :D
Setelah itu, kita tracking, melewati derasnya sungai dan tingginya pohon. (?)
HA HA HA.

Jatuh bangun, mungkin itu kata yang lumayan tepat.
Hahaha.
Karena, well, kami jatuh dalam arti sebenarnya.
Dan sandal jepit kami bernasib lebih buruk.
Berpasang-pasang jiwa dari mereka hanyut. :p

Dengan Anne dan Mr. Hadi yang mau nggak mau ikut ber-"heh! hati2 jatuh! eh anne! jess! eh! sakit? eh! hah!", akhirnya kita sampai juga.
Haha.
Dan kemudian, bernyanyi "berhasil-hasil" ala Dora The Explorer. -___-

Setelah mandi dan semuanya, akhirnya kita berangkat ke SD Cancangan.
Ministry time, ngajar Bahasa Inggris di sana.
Aku kebagian kelas 6. :)

Dan untuk sesaat, kami punya kesempatan untuk ngerasain jadi guru, begitu juga aku.
My students, Dicky and Nanik are totally awesome! :D
Dicky is smart, and although I knew Nanik doesn't like english at all, but she kept smiling and tried to look as enthusiast as she could.

And, guess what?
Dicky got 3 rewards cos he was so active and tried to answer all questions! :)

Setelah ngajar, yang cowok-cowok belajar gamelan sementara yang cewek-cewek nari Bali.
Tarian gelombangku judulnya Ksatria.
Dan itulah kali pertama... Kita semua respect sama Rumingkang. :p

Oh, you just can't imagine it!
Mungkin tarian kami bisa jadi bahan seru untuk film komedi.
Ha-ha, aku serius.
Menggelikan sekali, dan mengingat aku dan Abbey yang ada di barisan depan, keadaan semakin memburuk.

Dan aku masih ingat sekali, dengan baju Peace dan celana pendek, Mr. Hadi duduk di sudut ruangan... Sedang tertawa.
Ha-ha. Funny.
Dan if you want me to be honest, aku sedikit-banyak mengiyakan opininya mr kalau tarianku adalah penyebab gempa Merapi.
HAHAHA.

Then, kita ke camping ground untuk buat layang-layang.
I still remember, my group's kite was yellow and I put a red ribbon there! :D
Tapi sayang, tiba-tiba hujan, jadi kita nggak bisa nerbangin. :(

Lalu, dengan payung seadanya kita pulang ke rumah masing-masing, dan bagaimanapun juga kita masih kehujanan.
And guess what?
Pak Ponidin nyambut kami, sedangkan istrinya lagi masakin air panas buat mandi, padahal kami bertiga sama sekali ga minta.
Catat: Salah satu bukti lagi kalau warga Penting Sari memang selalu ramah.

Habis mandi, kita makan di rumahnya, dan rasanya puas sekali.
Karena... Aku makan kangkung hasil petikanku sendiri!
Bahahaha.

Selesai makan, kita kumpul di aula, belajar bahasa jawa yang bahkan kita nggak ngerti satu kata pun.
Anehnya, kita nggak jadi pergi ke rumah warga satu per satu dan wawancara mereka, tapi cuma di rumah masing-masing.
Dan waktu itu masih jam 8.
Tapi kami semua nurut aja, sama sekali nggak punya perasaan apa-apa.

Di jalan menuju pulang itu, tiba-tiba kita gempar karena ada hujan abu.
Wow.
Tapi dasar 'bebal'nya aku, aku masih belum punya perasaan apa-apa.
Bahkan setelah Mr. Sinung bilang, "Kalau ada apa-apa, Mr dan Mr. Alun pasti mengambil tindakan yang dirasa terbaik."

Entah ini firasat atau apa, setelah wawancara, kami bertiga dan Pak Ponidin berbincang lama, seakan-akan ini kesempatan terakhir.
Dan entah ini kebetulan atau bukan, di saat yang sama keluarga Pak Ponidin lagi nonton TV, dan beritanya tentang Merapi.

And the truth came...
Mr. Sinung tiba-tiba ketok pintu, tanya kita udah siap atau belum.
Shock, dan saat itulah perasaankumulai ga enak.

Dan benar.
Mr bilang kalau kita akan pulang ke Surabaya, berangkat ke luar Penting Sari malam itu juga.
Aku tahu, guru-guru juga pasti panik, tapi saat itu Mr. Sinung cuma senyum denger kita tanya, "Hah?" yang berulang-ulang.

Well...
Setelah itu kita naik bus dadakan, keluar Penting Sari dengan mata yang terjaga sepenuhnya.
Beberapa dari kami buka Twitter, dan menyadari #prayforindonesia jadi trending topic.

Waktu terkesan berjalan cepat dan tahu-tahu kami sudah sampai di penginapan dadakan, Hotel Mawar Saron.
Aku tidur bertiga sama Angel-Abbey.
Dan sepanjang malam kami ngobrol ngalor-ngidul, sampai satu per satu dari kami terlelap.

Besoknya, jam 9 kita pulang ke Surabaya, 10 jam! :D
Sambil sesekali tertegun kenapa kita sudah ada di bus, tentunya.
Sebagian tidur, tapi momen-momen terakhir di bus jadi ngangenin mengingat serunya kami ngobrol, apalagi tentang BOLA PEJAL. -___-

***

Todak I woke up at 1 p.m and hoped to see Pak Ponidin and his family again.
But this is the reality, God didn't want us to stay there longer.
Jadi kita bisa apa lagi, iya kan?

And I really pray for Mr. Ponidin and everyone else in Penting Sari, may God bless 'em.
I've missed 'em, I truly do. :(
Also the kangkung, ayam goreng, tempe goreng, krupuk, teh, pisang, wafer, roti, permen, air panas buat mandi, and everything.
And the most is, I've missed the way they taught us about life. :')

Barusan aku dapet kabar dari Sonia, lavanya Merapi sampai Slamen, tempat deket Penting Sari.
And the worst thing is, muridnya Sonia di Cancangan, Yeti, tinggal di sana! D:
God, this is for real, we pray for Penting Sari and everywhere else in Jogja. :(

Anyway, kalau dilihat dari positifnya, memang benar, failed trip ini memang akan jadi yang the most memorable. :)
I bet.
Siapa yang akan ngelupain sejarah dalam kehidupan kita ini, betul nggak?
Hahaha.

Last but not least, I wish the best for all of 'em in Jogja.
May God bless you all there.

P.S: This post is dedicated to Pak Ponidin and his fam, thanks for teaching me bout life... I've missed you.

0 komentar: