Kamis, 27 Januari 2011

Teletubbies, Time, and Ourselves

Baru aja aku buka Tumblrnya Angel, dan melihat gambar ini.



Yes, ofc.
I DO REMEMBER HIM.



Teletubbies. :)

Jujur, habis liat gambar di atas itu, aku langsung diem.
Membisu, nggak bicara apa-apa, hanya menatap lurus-lurus layar laptop di depanku.

Teletubbies, dan mesin penyedot supernya itu (?), sejatinya telah mengukir salah satu kenangan indah di masa kecilku.

Aku ingat sekali, saat itu kedua sepupuku, Vincent dan Irving masih tinggal di rumahku.
Vincent satu tahun lebih muda dari kakak kandungku, sedang Irving satu tahun lebih muda dariku.
Sementara itu, adikku saat itu masih bayi.

Masih terekam jelas di otakku, tayangan favorit kami berempat saat itu adalah Teletubbies.
Setiap pagi tayangan itu diputar di televisi, dan setiap pagi, di ruang keluargalah kami berempat berada.
Di mana Teletubbies berada, di situlah kami.

Kami berempat, yang masih mungil-mungil itu, jatuh cinta setengah mati pada empat makhluk warna-warni itu.. yang sekarang menurutku begitu aneh.
Kami berempat, sama sekali nggak tahu apakah nonton Teletubbies itu nggak baik atau gimana, yang jelas kami selalu suka serial-serialnya.

Aku ingat benar.
Kakakku, Jennifer, justru memilih karakter yang paling kecil, Po.
Karena tokoh perempuannya hanya tersisa satu, aku memilih untuk menjadi Laa Laa.
Sementara itu, Vincent memilih menjadi Tinky Wingky dan Irving menjadi Dipsy.
Sedangkan adikku, Jeff, yang saat itu bahkan belum bisa berjalan.. Kami anggap menjadi mataharinya.

Ada satu hal yang aku yakin seratus persen tak akan meninggalkan ingatanku sampai kapan pun.

Kami berempat berdiri di depan televisi berjejer, tatapan kami tak lepas dari layarnya.
Setiap gerakan yang dilakukan tokoh masing-masing di TV kami ikuti, detil demi detilnya.
Bahkan, kakakku yang saat itu punya skuter seringkali membawanya masuk ke ruang keluarga - berhubung barang kesukaan Po adalah skuter.

Kami berempat, bergoyang ke sana kemari, dipenuhi gelak tawa dan kepolosan anak kecil.

Hingga tiba saatnya sebuah film singkat diputar di salah satu perut Teletubbies - ya, ini ritual yang begitu menggelikan - kami berempat akan duduk di sofa, beristirahat sambil menonton klip singkat itu.
Saat klip itu sudah selesai, yah, artinya kami mulai bergerak mengikuti masing-masing tokoh itu lagi.

Ada satu lagi hal yang khas dari film Teletubbies, yaitu cara mereka berempat berpisah.
Mereka akan saling berkata 'dah' dan satu per satu melompat ke sebuah lubang, hingga pada akhirnya matahari terbenam.

Lalu, bagaimana dengan kami berempat?
Ya, yang terjadi adalah, saat tiba saatnya 'dah', kami pun melompat tinggi-tinggi dan mendarat ke lantai dengan posisi... jongkok. :p

*

Lihat?
Aku tak melupakan setitik detail pun dari memori masa kecilku yang satu itu.
Kebersamaan itu, gelak tawa itu, kepolosan itu.. semuanya akan tetap ada di hati.
Selamanya.

Sekarang Vincent dan Irving sudah tidak menetap di rumahku lagi.
Yah, seperti yang sering aku bilang, waktu berjalan begitu cepat.

Banyak yang berubah.
Banyak yang datang, banyak yang pergi.
Tapi memori-memori itu, akan selalu menetap dalam diri kita sampai kapan pun.

Saat membaca tweet-tweet di Twitter barusan, aku menemukan sebuah twe et yang membuatku cukup tersentuh.



Kita tahu, waktu berjalan begitu cepat.
Kita tahu, banyak yang berubah.
Kita tahu, banyak pula yang datang, banyak pula yang pergi.

Namun, apakah hanya sekadar tahu?

Lantas apa yang sudah kita lakukan selama waktu bergulir itu?
Apakah kita sudah mengambil langkah yang besar.. ataukah justru hanya membiarkan waktu bergulir menggerogoti jiwa?

Hanya diri kita seorang yang tahu.
Apakah kita telah menggapai sesuatu, ataukah justru, tangan ini tak lebih dari sepasang tangan yang hampa.

0 komentar: