Minggu, 22 Mei 2011

Farewell Gathering

23rd-25th May 2011,
@ Villa Panderman, Batu.

WOOHOO, I'M JUST HYPED!
We're gonna have lots of fun, guys ;)
Funfunfun. Lol.

Quote of The Week:
"Aku nggak mau ikut perpisahan, soalnya aku nggak mau berpisah.."
-Giovanno Zefanya

Senin, 09 Mei 2011

"Task" #4: Stefanie Ibrahim



Persahabatan dengan Fanie, penuh canda tawa persis seperti foto di atas. :D To be exact.. Biasanya kejadiannya adalah begini: Aku gangguin Fanie, Fanie ketawa, kita berdua ketawa, lalu dia mukul aku. -_- Oke, nggak juga, sih. Terkadang tragedi pemukulan itu juga mulainya dari tanganku, hahaha.

Sahabat sama seorang Stefanie Ibrahim itu serasa sahabatan sama profesor sekaligus ibu rumah tangga yang baik. Profesor, saking briliannya dia.. Juga ibu rumah tangga yang baik, yang selalu perhatian sama anak-anaknya (baca: kami berempat) dan yang paling serba bisa.

Jadi semua itu membawa sebuah sebutan eksklusif buat Fanie... PERFECT MAMA!

Oh ya, sama seperti Angel, aku udah ketemu si Fanie ini hampir setiap hari sejak... Playgroup. -_- Plus, les balet yang kadang-kadang bisa sekelas, walau nggak selalu. Terus, ditambah lagi, les aritmatika bareng! Whoa. Ketemu Fanie mah, udah jadi makanan sehari-hari.

Aku jadi ingat satu cerita, yang jujur aku nggak ingat kejadiannya, tapi Fanie yang ingat. Waktu itu, kita berdua habis selesai les aritmatika, Fanienya datang ke rumahku buat tunggu jemputan. Tapi.. Berhubung waktu kecil aku terbiasa tidur siang.. Fanie aku tinggal tidur. -_- SAMPAI AKHIRNYA, DIA NANGIS. Aku jadi mikir, kenapa dulu aku polos (baca: jahat) sekali? Ngik.

Tapi, lepas dari kejadian-kejadian masa kecil itu, Fanie tetap jadi seorang sahabat yang baik buat aku. Baik banget, malah. Udah berulangkali aku buat salah sama dia, tapi dia itu dewasa banget, tulus buat maafin kesalahan-kesalahan orang.

Fanie juga selalu ada buat aku. Kalau lagi sedih, dia selalu bisa tenangin aku, seringkali dengan kata-kata yang tanpa sadar terasa sangat menyentuh. Aku ingat sekali, waktu dulu lagi masa galau-galaunya perihal urusan hati bareng teman-teman kelas 8A, tiap kali aku nangis, Fanie selalu menepuk pundakku dan bilang, "Wes, jangan nangis lagi, Jess." :)

Dan satu kata-katanya yang paling nggak bisa aku lupakan, waktu Mélodie d'Amour dibalikkin dan air mata itu luruh, Abbey ngasih aku selembar tissue. Terus, Fanie bilang, "Udah, satu aja mintanya, nggak boleh lebih. Soalnya kamu nggak boleh nangis lagi." :') FANIE, YOU KNOW WHAT, AKU JADI TAMBAH PENGEN NANGIS TERHARU.

Seorang Stefanie Ibrahim, sosok yang selalu aku kagumi. Ketulusan hatinya, kedewasaannya, cara dia memberi perhatian buat teman-temannya tanpa minta balasan. Fanie, sosok yang nggak ada duanya, dan nggak akan lupain seumur hidup.

Fan,
YOOOO PERFECT MAMA, WE'LL MEET AGAIN! Haha iya kan, berhubung kita satu SMA, meski nggak sekelas. Hehe. I'm hyped tahu, karena untungnya aku bisa tetap satu sekolah lagi sama seorang perfect mama yang bisa aku pukulin sepuasnya. :') Hehehe.

Mungkin aku adalah salah satu orang paling beruntung karena punya sahabat kayak kamu. Sahabat yang bukan cuma ada waktu senang, tapi juga waktu duka. Sahabat yang nggak cuma buat cengengesan, tapi juga sosok yang bisa buat aku belajar banyak untuk bertambah dewasa. Thanks for everything, darling. ;)

Seperti kataku buat teman-teman lain, aku juga percaya, kalau kita berdua pasti tetap sahabatan sampai keriput nanti. Kita akan tetap sahabatan, sampai kamu benar-benar jadi ibu rumah tangga, karena tentunya lagi-lagi aku harus belajar banyak dari kamu. :p

Oh ya, aku doain ya Fan, supaya hasil Unasmu bisa tercapai sesuai target. IYA DONG, PERFECT MAMA YANG MERANGKAP JADI PROFESOR -_- hahaha. Tapi, apapun nilainya, kita berdua tetap harus bersyukur, Fan. Walaupun susah, mengingat kita berdua adalah makhluk perfeksionis yang menyebalkan. Hahahhaa.

Last but not least, dear.. Everything happens for a reason, termasuk urusan cinta. Suatu saat nanti, misteri itu akan terkuak, dan kau akan tersenyum melihatnya, apapun yang terjadi.

I LOVE YOU SO MUCHHHH FANIE! :D xoxoxoxoxoxo.

P.S: Anda galau? Hubungi saya, sedia 24 jam.

Sabtu, 07 Mei 2011

"Task" #3: Angela Setiadi



BAHAHAHA, candidnya nggak nahan. :p Foto di atas itu diambil setahun lalu, waktu kami masih mendekam di bangunan SMP MDC lama. Fotografer handalnya? Abbey, kalau nggak salah ingat.

Persis seperti foto di atas itu, persahabatan kami ya begitu. Apa adanya, nggak ada yang disembunyiin, ceplas-ceplos. Omongan yang "tepat sasaran" nggak lantas buat kami tersinggung, malah udah kebal kayaknya. -_- Hehe.

Aku udah ketemu Angel nyaris setiap hari ini udah berapa lama, ya... Nggak tahu, deh. Pokoknya sejak Playgroup, sampai bosen-bosen sendiri. Hahaha. Tapi, berteman lama sama dia - yang well, kadang mengalami pasang-surut :p - buat kami udah mengenal luar-dalam.

Seperti yang aku bilang tadi, Angel itu orangnya ceplas-ceplos. Banget. Kalau ngomong, seringkali nggak dipikir dulu, haha. Semua itu terkadang bikin dia terlihat menyebalkan... Tapi sebenarnya nggak juga, sih. Kami semua tahu, Angel mengatakan itu semua tulus dari hati, buat kebaikan bersama.

Terus, biar banyak orang bilang dia itu diem, tapi sebenarnya salah besar. Iya sih, kalau di luar. Tapi kalau udah mengenal dia baik, dia bakal berubah jadi monster liar... Yang bahkan merupakan salah satu pelopor berubahnya kealiman orang-orang macam Clara dan Fanie. :p Seperti kata Abbey waktu itu, kalau nggak salah: Nggak ada Angel, rasanya atmosfir itu terasa beda.

Nggak cuma menyerocos sana-sini, tapi kata-katanya itu tanpa sadar bisa sangat menyentuh, juga membangun. Kalau boleh kubilang, itulah yang kunamakan sebagai Seni Berbicara. :D hahaha.

Ada satu kalimat Angel dari triliyunan lainnya yang melekat erat di kepalaku sampai sekarang. Kalimat itu meluncur begitu saja saat aku sedang galau-galaunya mengingat Mélodie d'Amour yang tak kunjung selesai. Kata demi kata, baris demi baris, dan paragraf demi paragraf dalam novel itu seakan berjalan lebih lambat dari seekor siput.

Lalu, suatu hari, di sebuah siang yang terik dalam ruang komputer sekolah, Angel 'menantang' untuk buat target sendiri dalam penyelesaian Mélodie d'Amour. Well, tentu saja, target biasanya memang memacu kita untuk bekerja lebih keras. Aku setuju. Tapi sayangnya, sampai hari deadline itu datang, Mélodie d'Amour masih sama sekali belum menyentuh garis tamat.

Waktu itu aku bilang ke Angel, kalau rasanya entah mengapa susah sekali menyelesaikan novel satu itu. Selalu saja ada hal-hal yang mengalihkan perhatianku dari novel itu - which is memang benar - seperti tak lain dan tak bukan... Twitter dan sebangsanya. -_-

Dan hari itu, tanggal 15 November 2010 - aku ingat betul - cuma ada satu kalimat yang dilontarkan gadis mungil hiperaktif itu, "Terus kalau kamu benar-benar jadi penulis nanti dan ada editor yang menangih naskahmu, kamu bakal bilang kalau tulisanmu belum selesai lantara Twitter terasa jauh lebih menggoda?" Asal tahu saja, satu kalimat itu membuatku menyelesaikan Mélodie d'Amour di target selanjutnya.

Terus, waktu Mélodie d'Amour ditolak dan air mata itu luruh? Dengan caranya sendiri, Angel bilang, "Hei katanya ke sini mau seneng-seneng, jalan ke mall buat ngerayain berakhirnya Unas? Jangan nangis lagi, Jess! Kita bentar lagi mau foto, kamu mau kelihatan jelek?"

Seperti yang kubilang, Angel punya caranya sendiri. Mungkin, caranya untuk menunjukkan kalau dia selalu ada buat sahabat-sahabatnya beda sama cara-cara unyu macam milik Abbey dan Fanie. Beda juga dengan cara polos-tapi-touching macam milik Clara. Angel... Dia punya caranya sendiri untuk membuat aku dan kami berempat tahu bahwa dia selalu di sini, ada untuk memberi dukungan sepenuhnya. :)

Ini dia salah satu buktinya lagi, aku capture di malam hari kejadian itu:



Angela Setiadi, sosok aneh bin ajaib yang selalu menorehkan warna baru dalam hidupku dengan caranya sendiri yang begitu absurd. Angel, teman yang selalu ada buat aku, baik di terang ataupun gelap. Angel... Seseorang yang mampu, dan selalu, kusebut "sahabat".

Ngel,
Halo. Satu kata itu yang mampu kuucapkan padamu ;) hahaha. Halo temen sejak Playgroup-ku, temen sok nyastraku, dan kembaran sehidup-sematiku. KEMBARAN, kamu yang bilang lho, ya. Takdir mempertemukan kita kembali di SMA Petra. Jodoh memang nggak akan ke mana-mana... *puke* :p

Terima kasih buat semua warna - baik hitam, putih, maupun warna pelangi - yang udah kamu berikan buat aku. Tanpa kamu, slogan Chitato "life is never flat" itu nggak akan berlaku buat hidupku. Kamu itu seperti apa, ya? Pokoknya, seseorang yang nggak ada duanya. :)

Kamu itu udah jadi sosok yang buat aku belajar banyak, tahu nggak. Untuk jadi seseorang yang kuat dan tegar, nggak meneteskan air mata semudah membalikkan telapak tangan. But one thing you should know... Terkadang, menjadi terlalu tegar itu juga nggak baik, Sayang. Muahaha.

Aku seneng, kita berdua bisa sekolah di SMA yang sama, bareng Fanie pula. Mungkin, semuanya nggak akan segampang di MDC, yang bahkan aku noleh aja langsung liat kamu. Di sana, kelas satu angkatannya aja ada 12, yang artinya murid sana juga berkali-kali lipat dari kita di sini. -_- Semua itu buat kita berdua harus LDR-an, baby.. MUAHAHAHA.

Tapi aku yakin, persahabatan kita nggak bakal berubah. Tetap sama seperti dulu, di mana nggak ada tembok sama sekali untuk menangis dan tertawa sekencang-kencangnya. Tetap jadi seperti ini, Jesslyn dan Angel, sepasang sahabat hiperaktif nan absurd. ;)

Seperti yang aku tulis di celana Irfan Bachdim ulang tahunmu... Aku yakin, kita berlima bakal jadi sahabat sampai sudah keriput nanti. Pasti.

I love you, twin. As always. <3

Jumat, 06 Mei 2011

"Task" #2: Clara Felicia

Aww, coba tebak foto itu diambil kapan? Dua tahun lalu, waktu aku sama Clara sama-sama terdampar di kelas 7B yang saat itu dapat tugas sebagai door greeter Student Fellowship, dan kami memilih tema Kartini, kalau tidak salah. Nggak cocok, ya? Ya, sudahlah. :p

Clara, oh, Clara. Baru mau ngetik aja, rasanya udah kehabisan kata-kata.

Seperti yang pernah aku bilang, aku ketemu Clara pertama kali di SD Masa Depan Cerah, tepat kelas saat kelas 1. Aku nggak seberapa ingat sih, waktu itu aku sudah dekat apa nggak sama dia, tapi yang jelas, mama-mama kita udah dekat duluan rasanya gara-gara sama-sama datang dari Medan. :p

Pertama kali aku kenal Clara, aku langsung dapat first impression yang mudah sekali diingat. Pokoknya, kalau ingat dia, pasti langsung terbayang di otakku akan bando-bando Disney besar, terus pakaian warna-warni ceria.

Tapi, ternyata nggak sesederhana itu. Semakin lama aku kenal dia, semakin banyak juga yang aku sadari. Clara ini orangnya polos, selalu tersenyum, terus yang paling bikin aku kagum adalah bagaimana seringkali dia bisa menyihir orang-orang... Dengan ucapan polosnya, tentu saja.

Terus, Clara yang cantik nan baik hati ini juga rasanya jarang sekali marah. Dia seperti... Apa, ya? Bisa menghadapi segalanya dengan kepala dingin. Kalaupun bukan segalanya, paling tidak, hampir semuanya, lah. Biarpun polos, tapi terkadang dialah yang jadi paling dewasa di antara kami berlima. Juga, yang paling nggak gampang panik - di samping Fanie, mungkin.

Aku masih ingat satu kejadian di kantin. Waktu itu, aku lagi makan es krim coklat dengan lahapnya bak orang nggak pernah makan 10 hari. Terus, di sela-sela 'penjilatan-sana-sini' itu, aku baru sadar kalau es krimnya mau meleleh.

Bisa ditebak, akunya langsung panik. Takut lelehan es krimnya jatuh di seragam, tapi juga nggak mau es krimnya meleleh di meja. Aku yang udah teriak-teriak kayak korban kebakaran cuma ditanggapi Clara dengan satu kalimat, "Aku bukain kotak makanmu ya, Jess?" Jelas, maksudnya supaya lelehan es krim itu jatuh di kotak makanku yang udah kosong aja. Kenapa nggak kepikiran, ya.. -_- Tapi, Clara bisa.

Terus, aku juga kembali melayang ke masa-masa kelas 7. Aku sama Clara saat itu dekat sekali, sama Angel juga khususnya. Waktu itu, aku sama Angel lagi masa labil-labilnya, norak-noraknya, pokoknya ridiculous sekali, kalau mau diingat-ingat. Tapi biar begitu, beda dengan kami berdua, Clara malah jadi sosok yang paling dewasa, bahkan bisa dikatakan jadi obat penawar kehiperaktifan aku dan Angel yang terkadang mematikan. :p

Pokoknya, aku banyak banget belajar dari Clara ini. Untuk jadi sosok yang baik hati, nggak pendendam, murah senyum, sabar, juga mau berteman dengan siapa saja. Oh ya, dan nggak lupa... Untuk jadi cewek yang super rapi dengan tulisan tangan super bagus juga. Hahaha.

Oh, ya! Last but not least, perlu diketahui bahwa saat ini seorang Clara Felicia sudah nggak sealim dan sepolos dulu lagi. Semenjak bersahabat baik dengan kami berempat, dia juga kian LIAR. ;) Siapa lagi, kalau bukan tertular aku, Angel, juga Abbey. Sementara yang dulunya alim kayak Clara cuma satu = Fanie. 3 VS 1? Secara matematis, KALAH TELAK. Jadi, no wonder kenapa Clara bisa segila sekarang. ;) We've created a MONSTER.

Tapi, jangan sepenuhnya salahkan kami bertiga - aku, Angel, Abbey. Karena bagaimana pun, keliaran Clara ini juga cukup banyak disebabkan oleh... Satu kata nan absurd dengan lima huruf di dalamnya. Sebuah rasa yang tentu pernah melekat dalam hati kita semua. Semoga kau mengerti maksudku. Sekian.

Clar,
Memang iya, sebentar lagi kita nggak akan satu sekolah lagi. Aku di Petra sama Angel dan Fanie, sementara kamu di Gloria sama SALAH SATU SOULMATEKU. Ha-ha you know who I mean. ;)

One thing for sure, I'm gonna miss you A LOT. Aku tahu, akan ada banyak hal yang nggak mungkin bisa aku rasakan lagi, karena semua itu nggak lain dan nggak bukan cuma bisa aku rasakan sama kamu. Momen bagaimana kita karaoke berlima dan aku menunggu-nunggu sampai kamu nangis misalnya, atau ketika aku heboh sendiri waktu kami bilang "I love you too :)" ke aku lewat SMS.

Jangan pernah melupakanku ya, Clara sayang. Hahahaha. Semoga kamu maafin semua kesalahan-kesalahanku, dari kelas 1 SD sampai 3 SMP ini. Aku sendiri juga pasti akan memaafkan kesalahan-kesalahanmu... Walaupun sampai sekarang aku lagi mikir, memangnya kamu pernah punya salah apa sama aku. :p Well, rasanya malah nggak pernah. -_-

Terima kasih sudah (tanpa sadar) mengajari aku banyak hal, terutama untuk jadi orang yang lebih rendah hati dan sabar. Terima kasih juga buat semua usahamu untuk nenangin aku, di saat-saat paling genting sekalipun. Biarpun seringkali kamu nggak bisa ngomong banyak, tapi percayalah Clar, kata-kata yang sedikit itu sudah sangat-sangat berpengaruh untuk aku. :)

Dan, yang nggak boleh dilupakan! Aku tahu kamu udah bosen denger kata-kata ini dari aku dan teman-teman: Kalau udah punya pacar, jangan lupa bilang-bilang! Lol. Bercanda memang, tapi kalau serius juga nggap apa-apa, sih. ;) Yang pasti, aku akan selalu ada buat kamu. Jodoh itu nggak akan ke mana-mana Clar, biarlah waktu yang berbicara.

Aku yakin, kamu pasti tetap bisa berteman dekat sama aku, Abbey, dan Angel... Juga lebih dekat lagi dengan soulmate-mu, Fanie. Bahahahaha.

I LOVE YOU, CLARA! I'M FALLING FOR YOU! *wink* LOL you know what I mean! Tons of love from me, xx.

"Task" #1: Abigail Natasha


Hahahaha. Foto autis di atas itu diambil waktu Retreat Unas bulan Januari lalu. Gila banget, rasanya baru aja, tapi sekarang sudah... Mei. Yeah, fantastis.

Anyway, tepat seperti foto itu, begitulah persahabatanku dan monster satu ini. Nggak ada hari tanpa menyebarkan virus hiperaktif. Canda dan tawa ibaratnya sudah jadi makanan sehari-hari. Ceria, seceria warna-warni Teletubbies. :p

Tapi, rasanya nggak ada yang bisa menyangka.. Kalau sepasang sahabat liar ini dulunya nggak pernah terpikir sekalipun kalau kami akan berteman baik. To be exact... Dulunya kita bahkan musuhan. WHOA.

Memang, tentu saja nggak sampai jambak-jambakan rambut. Well, aku juga nggak seberapa ingat detailnya, sih. Cuma yang aku tahu, aku sama Abbey ini benar-benar jauh dari kata 'teman dekat'. Hahaha.

Sepertinya, sejak dulu Tuhan memang ingin kita bersahabat baik. Tapi, yah.. Memang kaminya aja yang baru dekat waktu duduk di bangku SMP. Kenapa aku bisa bilang begitu? Nah.

Jadi, sebenarnya, selain ketemuan hampir setiap hari di TK Benih Kasih, kami berdua juga selalu ketemu seminggu sekali di les balet, namanya Center Point. Oke, tolong jangan tanya kenapa aku bisa terdampar di dunia itu. Nyatanya aku dan Abbey sendiri sampai sekarang masih suka tertawa-tawa sendiri mengingat masa-masa itu.

Ini adalah salah satu potret kami, di pentas balet:



HAHAHAHAHAHAHA.
Oh ya, itu ada Fanie juga tuh, tapi dia lesnya beda hari kalau nggak salah sama aku dan Abbey :p

Jadi, begitulah. Waktu bergulir dan kami berdua tambah dekat, khususnya sejak kelas delapan. Nggak tahu kenapa, rasanya banyak sekali kesamaan dari kami. Di samping sama-sama menyimpan potensi hiperaktif terselubung, saat itu kami berdua juga sama-sama, ehm, patah hati.

Dengan modal melankolis yang sama-sama mengalir dalam darah masing-masing, kami berdua seperti tenggelam dalam kesakitan itu, namun sambil berpegangan tangan bersama. Saling menguatkan.

Aku ingat sekali, saat itu hari-hari yang tampaknya hanya sehambar hitam-putih kami lalui bersama teman-teman kelas 8A yang (anehnya) juga... Patah hati. Lucu, ya? Well, itulah misteri hidup.

Lagu-lagu mellow Vierra jadi makanan sehari-hari. Curahan demi curahan hati saling kami bagi, apalagi kalau tak bicara tentang dua sosok lelaki itu. Dan satu hal yang cukup gila menurutku adalah... Kami berdua sama-sama menangis saat membaca puisi di depan kelas untuk Tugas Bahasa Indonesia. Sungguh.

Well, patah hati itu memang pahit rasanya... Tapi setidaknya kami berdua bisa memetik satu hikmah. Lewat masa-masa sesusah penjajahan Indonesia oleh Belanda itu, persahabatan kami jadi semakin kuat. Kami tahu, bahwa sahabat sejati adalah orang yang menemani di suka-duka, saling menguatkan, saling ada untuk satu sama lain.

Oh ya, sebelum kalian berpikir yang tidak-tidak... Kami berdua, good newsnya, sudah merdeka dari masa-masa penjajahan hati itu. :p

Hari demi hari silih berganti, kelas delapan usai sudah, berganti kelas sembilan. Aku sama Abbey memang sudah nggak sekelas lagi, tapi kami tetap kumpul bareng sama teman-teman yang lain, dan yang terpenting, tetap menjadi apa yang kami berdua sebut "sahabat".

Bey,
Seperti yang kamu pernah bilang ke aku, waktu SMA nanti mungkin akan ada banyak hal yang berubah. Kita udah nggak bisa sedekat sekarang, ketemuan tiap hari, ketawa bareng tiap saat, bahkan jalan ke kantin sama-sama untuk makan es krim sambil mengeluh kenapa badan ini kian menggendut.

Tapi satu hal yang pasti, kamu harus tahu, kalau kita berdua bakal tetap jadi sahabat sampai keriput nanti. Kita berdua akan jadi nenek-nenek paling manis sejagat raya... Tahu kenapa? Karena persahabatan bikin kita tersenyum terus, jadinya awet muda. Hahaha.

Ehm, kalau aku ada salah sama kamu (...aku tahu, ada banyak. -_-), mohon dimaafkan. Jangan pernah lupakan sahabatmu yang satu ini ya, karena aku sendiri nggak akan pernah lupain kamu. ;)

Anyway, aku akan sangat merindukan banyak hal. Bagaimana kita dulu bikin novel masing-masing di ruang perpustakaan lama, bagaimana kita cekikikan di belakang kelas sementara guru di depan mengajar, bagaimana kita berdua jalan ke kantin dan mendapati Smartcard kita sama-sama kosong melompong, bahkan bagaimana teman-teman bilang kita lesbi -_-, juga... Semuanya. SEMUANYA, tanpa terkecuali.

Tapi, jangan galau lagi, ya. Kalau galau jangan disimpen sendiri, tapi dibagi sama kita berempat. Kalau McDonald siap 24 jam, begitu pulalah aku. Karena seperti katamu di SMS (yang masih aku simpan di Saved Messages sampai sekarang):

"Iya :')
Beda sekolah bukan halangan bg kita untuk tetep jadi best friend!
Iloveyouall! :)"


No more mellow, say no to galau...

I love you. SO MUCH. *srot* :') eks o eks o.

Persahabatan, Dunia Baru, Pelangi.

"Each friend represents a world in us, a world possibly not born until they arrive, and it is only by this meeting that a new world is born."
-Anais Nin


Gurat wajah ceria kami berlima:
Para monster kecil yang bertransformasi menjadi robot perkasa yang kaya oleh nilai-nilai persahabatan.


Ya, tepat sekali. Mereka berempat adalah monster-monster kecil nan ganas dalam caranya masing-masing yang membuatku menemukan dunia yang baru, dunia yang penuh warna dengan pelangi di atasnya.

Kau tahu apa, sejatinya kami berlima telah berjumpa sejak belasan tahun lalu. Bagaimana tidak, kami berlima sudah satu sekolah sejak SD, bahkan Playgroup. Aku sudah terbiasa dengan guratan wajah Angel dan Fanie sejak Playgroup, Abbey sejak TK, dan Clara sejak SD kelas 1.

Tapi, terkadang waktu sendiri juga butuh waktu (jika kau mengerti maksudku? :p) untuk berbicara. Kami berlima sih nggak lantas dekat saat itu juga.. Nyatanya persahabatan butuh proses, butuh waktu. Pasang-surut? Hal biasa.

Bagaimana pun, Tuhan memang punya rencananya sendiri. :) Beranjak SMP, kami berlima kian dekat bak gaya tarik-menarik kutub magnet utara dan selatan. Saat itulah, seperti yang kubilang, dunia baru dengan pelangi di atasnya itu menampakkan diri.

Hanya saja, hari demi hari terus bergulir. Waktu bukannya berjalan lagi, tapi terbang. Meroket, tepatnya. Setelah belasan tahun terbiasa melihat wajah-wajah mereka lima hari seminggu, dalam hitungan bulan mungkin, tak akan bisa seperti itu lagi.

SMA, tempat kami berlabuh pada jalan masing-masing, hahaha. Well, Abbey akan tetap ada di MDC, Clara di Gloria, sedangkan aku, Angel, dan Fanie, akan melanjutkan masa seragam putih abu-abu itu di Petra.

Jadi, kita bisa bilang... Postingan blog ini plus yang selanjut-selanjutnya akan aku dedikasikan khusus untuk mereka. ;) Semoga saja kata-kataku di postingan-postingan itu nggak terdengar seperti... Pidato di pemakaman. Ha-ha.

So let's see if I could complete these 'tasks' or not - berurutan persis di foto atas - Abbey, Clara, Angel, Fanie. :) I love you, gorgeous monsters. Sampai jumpa di postingan-postingan selanjutnya! Muahahaha.

SAYONARA!

Selasa, 03 Mei 2011

Percakapan Dua Makhluk Oranye

Untuk kedua kalinya dalam hidupku, hari ini sesosok makhluk berbalut pakaian serba oranye datang ke rumahku. Kalau bulan September 2010 lalu Setetes Embun Malam, kali ini Mélodie d'Amour.

Mereka berdua pun bertemu, bak sepasang kawan seperjuangan:

Kiri ke kanan:
Setetes Embun Malam bersama kawan seperjuangannya, Mélodie d'Amour.

Meski sekilas terlihat sama, tapi kedua amplop itu sejatinya tetaplah memiliki beberapa titik perbedaan, yang membuatku menyadari bahwa hidup itu begitu tak mampu diprediksi, berjalan di luar kendali kita.

September 2010 lalu, Setetes Embun Malam mendahuluiku sampai ke rumah, sementara aku sekeluarga masih berlibur di Singapura. Sedangkan April 2011 lalu, bukan amplop Mélodie d'Amour lah yang menampakkan kenyataan terlebih dahulu, tapi sebuah telepon dari sang penerbit.

Namaku tercetak di tengah amplop Mélodie d'Amour dengan lapisan selotip, berbeda dengan Setetes Embun Malam.

Dan satu perbedaan yang paling signifikan...

Baju milik Setetes Embun Malam jauh lebih compang-camping, mengingat kala itu aku merobeknya sedemikian liar saking tak percayanya pada penglihatan sendiri. Sedangkan Mélodie d'Amour? Aku justru mengguntingnya hati-hati, sama sekali tanpa keterkejutan, karena telepon itu sudah berbicara sepenuhnya sebelum ia datang.

Last but not least, aku menguping sedikit percakapan dua makhluk oranye itu.. :p Haha, berikut ulasannya. ;)

MdA: Halo.
SEM: Mélodie d'Amour? Kamu kok bisa di sini? Jadi gimana, berhasil nggak?
MdA: Kalau aku bisa ada di sini, kamu udah tahu jawabannya, kan? ... Aku sama seperti kamu. Nggak, nggak berhasil.
SEM: Namanya juga teman seperjuangan... Hahaha. Tapi yang sabar aja, deh. Pasti kapan-kapan bakal ada teman kita yang baru untuk mewujudkan impian Jesslyn.
MdA: Iya... Semoga aja, ya?
SEM: Uh, kita sama-sama berdoa aja supaya dia nggak gampang nyerah. Asal terus berpegang teguh sama mimpi-mimpinya, aku yakin kok, dia pasti berhasil.
MdA: He'eh. Yah, meskipun impian terbesarnya untuk menerbitkan buku sebelum lulus SMP sudah kandas, tapi toh dia masih punya segudang mimpi-mimpi lainnya. Iya, kan?
SEM: Iya. Dan sekarang, semuanya tergantung dia...
MdA: Aku tahu. Tergantung dia, apa dia memilih untuk kembali bangkit dan berlari, atau justru melepaskan impian-impiannya begitu saja.
SEM: Semoga ada suatu hari yang tiba ya, di mana ia menatap kita berdua lagi dan tersenyum, kemudian bilang, "Ternyata benar, kegagalan adalah awal dari keberhasilan."