Oh well, hari Minggu lalu di gereja waktu puji Tuhan, tiba-tiba sebuah gagasan - oh bukan, lebih tepatnya pertanyaan - mendarat di kepalaku.
Setelah berpikir sedikit-banyak lama, akhirnya aku memutuskan untuk membahas ini di blog - setelah tertunda satu hari, karena kemarin aku belajar buat UAS sampai hampir autis.
"Hidup itu seperti apa sih?"
Exactly, seperti itu.
Pertanyaan yang sesederhana itu, tapi bisa membuatku menguras otak sedemikan keras.
Mungkin terdengar simple sekali, tapi coba kalian pikir, apa jawaban yang paling tepat?
Well yes, hidup itu berputar, sudah pasti nggak terpaku pada satu titik aja.
Jadi, perumpamaan yang pertama kali muncul di otakku adalah ..
gasing.
Ya, gasing, benda yang kalau ditarik berputar itu, mainan kesukaan anak kecil.
Tapi setelah pikir-pikir lagi, aku merasa gasing kurang cocok.
Gasing memang berputar, tapi lama-lama ia melamban, remember?
Jadi, gasing? Coret.
Setelah itu, pikiranku melayang ke libur lebaran lalu, aku sempat mampir ke Malaysia, main di salah satu Indoor Theme Park, kalau nggak salah namanya Cosmos.
Salah satu mainan favoritku namanya 'Wave' kalau nggak salah.
Jadi itu seperti permainan yang mengajak kita membelah angin - seperti itu bahasa bombastisnya.
Kita duduk di semacam kereta, lalu muter-muter di relnya dengan kecepatan tinggi.
Aku jadi sedikit berimajinasi, hidup itu seperti permainan itu.
Dengan catatan,
permainan 'Wave' yang mesinnya rusak. :P
Get what I mean?
Jadi, yeah, muter-muter terus dengan kecepatan tinggi, tapi nggak berhenti-berhenti.
Berputar, well...
Setelah aku mendalami lagi, sepertinya juga kurang tepat.
Perumpamaan ini kan mirip dengan kata-kata 'hidup itu bagaikan roda', dan jujur saja aku kurang setuju.
Memang benar, kadang kita di atas, kadang kita di bawah.
Tapi situasinya kan berbeda.
Nggak seperti roda, kalau di atas ya dihembus angin, kalau di bawah ya mencium aspal.
Hidup nggak selalu begitu, kan?
Jangan salah, hidup itu cukup kreatif untuk memberi kita permasalahan yang beragam, tanpa kita bisa pilih menunya.
Jadi ya, aku tetap merasa kalau permainan 'Wave' itu kurang mewakili.
Nyatanya, kita nggak pernah berdiri di satu tempat yang sama, bukan?
Jadi, setelah berpikir begitu lama, aku masih nggak bisa menemukan jawaban yang tepat seratus persen.
Hidup itu seperti apa?
Ya .. Seperti ini.
Kemudian aku kembali melayang, merenungi nasib - itu kalimat ironisnya.
Melayang ke masalah waktu.
Bagaimana gilanya dunia ini membawa aku ke sana kemari, tanpa aku bisa menolak.
Rasanya baru kemarin aku menapaki grade 9, mengerjai anak-anak kelas 7, duduk di bangunan sekolah yang baru.
Tapi sekarang udah hari pertama UAS.
HARI PERTAMA UAS!
Get it?
Artinya sebentar lagi aku selesai UAS, lalu libur sejenak, lalu try out, lalu UNAS, lalu .. ya, selesai.
Aku seperti berada di antara ada dan tiada, hahaha.
Antara kenyataan dan alam bawah sadar.
Aku sadar betul kalau waktu berjalan sangat cepat.
Karena itu, aku juga sadar betul kalau aku sedang berkeluh-kesah.
Hahaha.
Di sela-sela les, aku pernah bilang sama Ce Ribka, berkeluh kesah sejenak kalau waktu berjalan sangat cepat, bentar lagi SMA sementara aku masih ingin di sini, di bangku SMP.
Dia bilang aku aneh, haha!
Kebanyakan orang malah mau cepet masuk SMA, tapi aku nggak.
Well, sebenarnya bukan masalah 'label' SMAnya, teman-teman.
Bukan seragamnya yang ganti, bukan pelajarannya yang tambah susah, bukan juga masalah umurku yang makin tua.
Alasanku jauh-jauh berbeda dari itu semua.
Kalau SMA ya udah, terus kenapa? - that's what I think.
Masalahnya... Terletak pada kebersamaan ini.
Pada tempat aku duduk, bersama teman-teman dan guru-guru yang ada di sekeliling.
Well, aku sudah di Benih Kasih sejak playgroup, dan otomatis sudah ketemu teman-teman yang ini di MDC (lagi).
Kalian bisa bayangin sudah berapa tahun aku kenal mereka, belasan.
Belasan. -
HELLO?
Gosh .. aku pasti bakal kangen sama guru-guru, itu yang pertama.
Aku bakal kangen sama mereka-mereka, si A yang suka bilang 'Heh heh heh heh!' sambil pura-pura melayangkan tinju, si B yang sukanya pake bahasa gaul 'Guys!', si C yang suka mengerut-ngerutkan alis, si D yang punya perut tambun, si E yang punya nama kocak, sampai si Z yang menyebut busa sebagai soda.
Mereka semua, tanpa terkecuali.
Aku juga pasti akan kangen setengah mati sama teman-teman gila ini, yang udah duduk dalam satu ruangan bareng sama aku selama belasan tahun.
Dia yang model lebay, dia yang kalau ketawa kayak kuntilanak, dia yang kalau malu mukanya merah abis-abisan, dia yang .. semuanya.
Mereka semua, tanpa terkecuali.
Kalau udah tahu waktu berjalan begitu cepat, lalu kenapa nggak sekalian SMA di MDC juga aja?
Oke, aku tahu, SMA itu perhentian terakhir.
Itu yang menyebabkan casenya lebih serius dari yang lainnya.
Aku juga nggak mau kecewa, nggak mau salah pilih, but the fact is, semua itu ada resiko dan konsekuensinya.
Well, mungkin beberapa orang tahunya aku diem sekali, tapi orang-orang yang lain mungkin menepis kuat-kuat dan bilang aku ini hampir mendekati tahap autis.
Karena .. inilah pengakuannya.
Aku bisa 'gila' sama mereka-mereka yang udah bersama aku dalam jangka waktu lama - seperti temen-temen sekolah, misalnya.
Karena, yeah, aku ini orangnya memang nggak bisa 'take a move first'.
Tunggu orang dateng ke aku dulu (atau nggak tunggu waktu jalan dulu, haha!), baru aku bisa deket, dan bisa berteman baik.
Aku mau pindah bukan karena nggak suka sama MDC - man, yang bener aja, aku udah cinta mati sama orang-orang di dalamnya.
Tapi karena life must go on, dan aku nggak bisa kayak gini terus, haha.
Aku seperti .. harus keluar dari cangkangku.
Yeah, begitulah, seperti kura-kura, kalau kalian ingat buku cerita Franklin.
Seperti itulah, seperti Franklin.
Nyatanya dunia bukan selebar cangkangku, tapi jauh di luar sana, ada banyak hal yang menanti.
Mungkin satu poin itulah yang harus aku benahi.
Time flies, aku memang nggak punya waktu banyak lagi dengan serba-serbi koleksi guru dan teman 'gila' itu, dan sekaligus - bad newsnya - aku nggak punya waktu banyak lagi untuk memutuskan.
Well, itu bukan pergumulan saya saja sebenarnya, tapi juga sebagian teman-teman yang lain.
Hanya saja, setiap kita punya kaki masing-masing, berhak menentukan ke mana kita akan melangkah.
Memang benar, pasti banyak dari kita yang udah kepencar-pencar.
Life must go on - nggak berarti persahabatan kita harus lepas juga, tapi yang bergerak cepat itu adalah si Abang Waktu.
Begitulah kenyataannya. X_X
Mau menghindar juga nggak bisa, toh waktu berjalan makin cepat.
Yang bisa aku lakuin, ya jalani aja.
Setiap dari kita kan masih ada di lingkup dunia, dan ada tangan Tuhan yang menggerakkannya. :)
Setiap dari kita punya jalannya masing-masing...
Kembali pada topik tentang hidup yang tadi, aku tetap nggak bisa menemukan jawabannya.
Hidup itu .. ya seperti ini.
Seperti ini - tempatmu menapaki kaki, menaruh hatimu, memutuskan mau terbang atau tidak.
Hidup itu bukan seperti gasing atau mainan Wave tadi.
Hidup itu .. ya seperti ini.
Ngomong-ngomong, hidup itu terlalu singkat untuk dihabiskan dalam keluh kesah - aku baru sadar, hahaha.
Keluh kesahku juga nggak akan menghentikan denyut waktu.
Daripada keluh kesah itu makin mengikis waktu yang tersisa, ya mending seperti slogan salah satu iklan itu,
enjoy aja.Enjoy iya, tapi juga give the best. :D
Tidak perlu bingung tentang pertanyaanku tadi - hidup itu seperti apa.
Tugas kita bukan menjawabnya, tapi menjalankannya.
Seperti apa hidupmu, itu tercermin dari dirimu sendiri, dari setiap langkahmu, dari setiap keputusanmu.
Selebihnya .. biar Tuhan yang menjawab. :)